Belitung|Satamexpose.com - Terkait dugaan manipulasi data nasabah KUR (Kredit Usaha Rakyat) BRI Unit Air Merbau, salah seorang mantan pegawai BRI mengungkapkan praktek itu, Selasa(24/9).
Sebut saja namanya Abu, ketika ditemui wartawan pada Sabtu(22/9) lalu di salah satu warung kopi di Tanjungpandan membenarkan adanya manipulasi data nasabah dalam penyaluran KUR BRI dan disalurkan kepada masyarakat yang justru tidak memiliki usaha sama sekali.
Ketika ditanyakan terkait adanya beberapa rekening penampungan dana KUR atas nama nasabah yang merasa tak pernah membuka rekening, dirinya dengan tegas mengatakan semua itu tidak akan bisa terjadi kalau tanpa perintah dan tentunya di ketahui kepala unit.
"Untuk pinjaman KUR di bawah 50 juta, wewenang penuh Kepala unit untuk bisa atau tidaknya di berikan kepada peminjam," ungkapnya.
Menurutnya, nasabah KUR tersebut di asuransikan dan apabila gagal bayar asuransi yang akan bayar.
"Ini yang dimanfaatkan oknum oknum bank bekerja sama dengan calo untuk mencairkan dana KUR ini secara ilegal," tambahnya.
Dirinya juga mengungkapkan untuk Belitung, alokasi anggaran KUR untuk satu tahun bisa terserap habis dalam enam bulan saja.
"Jika harus mencari nasabah yang bena-benar untuk berusaha dan sudah memiliki usaha dan memenuhi syarat sulit Pak, banyak yang direkayasa agar seolah-olah terserap kepada masyarakat yg mau berusaha," tandasnya.
Sementara itu, Feri, Angga dan Indika alias Cecep warga Desa Air Merbau yang juga merasa menjadi korban praktek dugaan manipulasi data nasabah pada BRI Unit Air Merbau mengatakan sempat mendapat telpon dari orang yang mengaku sebagai keluarga Venon (pelaku yang berperan sebagai calon KUR BRI) dan menyatakan kesediaan membayarkan hutang KUR BRI yang menjerat nama mereka dan meminta agar korban mau damai serta tidak menuntut.
”Kami akan tetap menuntut oknum-oknum yang terlibat dugaan manipulasi data kami, karena kami sangat dirugikan dan membuat nama kami menjadi cacat di bank dan menyulitkan akses kami," ujar Feri, Selasa(24/9).
Hal senada juga disampaikan oleh Angga yang juga merasakan kesulitan akses kreditnya akibat namanya tercatat sebagai nasabah KUR BRI yang macet.
"Menyusahkan, mau kredit apapun di tolak. Ada beberapa orang dari pihak bank yang mengajak kami berdamai dan kami tetap tidak mau berdamai lagi," tegas Angga.
Keduanya mengungkapkan jika rekening bank yang dibuka atas nama mereka tidak pernah mereka tandatangani demikian juga terkait akad kreditnya.
"Rekening atas nama kami, cair dana KUR ke orang lain, mana mungkin bisa dilakukan sendirian. Kami menduga banyak oknum bank yang terlibat dalam masalah ini dan mungkin masih banyak korban lain yang juga tidak mengetahui jika data mereka digunakan sebagai peminjam KUR BRI," tandas Cecep menimpali. (fr1)